Warga mengisi drum dengan air di selatan Khartoum, Sudan, 22 April 2023, di tengah kekurangan air karena pertempuran di antara dua kelompok pimpinan jenderal yang bertikai. Ratusan orang tewas dan ribuan lainnya terluka akibat pertempuran itu.
Berulangkali perang membuat Sudan tidak bisa membangun. Pertempuran SAF-RSF saat ini dikhawatirkan menjadi awal perang saudara ketiga di Sudan.
Sejak awal abad ke-16 sampai 1955, Sudan bergantian dikuasai bangsa dan negara lain. Inggris dan Mesir menjadi penguasa asing terakhir Sudan sampai 31 Desember 1955. Sayangnya, status merdeka sejak 1 Januari 1956 tidak membuat Sudan lebih baik. Sudan dilanda dua perang saudara, 1955-1972 dan 1983-2005, dan berulang kali kudeta. The Economist menyebut, Sudan dilanda enam kudeta dan 10 upaya kudeta yang gagal sejak merdeka.
Perang saudara pertama terjadi antara wilayah utara dan selatan Sudan. Wilayah selatan menuntut perwakilan dan otonomi regional lebih besar. Setidaknya setengah juta orang tewas dalam perang yang berlangsung selama 17 tahun itu.
Pada 1983 perang saudara kembali melanda Sudan antara pemerintah pusat dan Pasukan Pembebasan Rakyat Sudan. Perang saudara kedua ini sebagian besar adalah kelanjutan perang saudara pertama. Perang meluas ke sejumlah wilayah dan berlangsung selama 22 tahun, salah satu perang sipil terlama di dunia.
Baca juga: Perang yang Semakin Lama
Perang tersebut mengakibatkan sekurangnya 2 juta orang tewas, kelaparan, dan sakit. Jumlah korban tewas salah satu yang tertinggi sejak Perang Dunia II. Perang saudara ini menghasilkan kemerdekaan Sudan Selatan, enam tahun setelah perang berakhir.
Di samping perang sipil, pecah pula krisis di Darfur yang dimulai pada Februari 2003 saat Gerakan Pembebasan Sudan (SLM) serta Gerakan Keadilan dan Kesetaraan (JEM) mulai melawan Pemerintah Sudan. Mereka menuding pemerintah menindas masyarakat non-Arab di Darfur. Pemerintah merespons dengan kampanye pembersihan etnis. Akibatnya, ratusan ribu orang tewas. Presiden Sudan kala itu, Omar Bashir, didakwa melakukan genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Tangkapan layar dari cuplikan video AFPTV pada 19 April 2023 menunjukkan asap hitam membubung di langit di atas ibu kota Sudan, Khartoum. Sudan dilanda pertempuran yang dikhawatirkan akan menjerumuskan negara itu dalam perang saudara ketiga sejak merdeka tahun 1956.
Dua jenderal bekerja sama melancarkan kudeta terhadap Bashir dan berhasil menggulingkannya pada 2019. Jenderal Abdel Fattah al-Burhan memimpin angkatan bersenjata Sudan (SAF), sementara Letnan Jenderal Hamdan Dagalo memimpin kelompok milisi yang dikenal sebagai Pasukan Reaksi Cepat (RSF). Di perang saudara kedua, SAF dan cikal bakal RSF berkoalisi membantu Pemerintah Sudan menghadapi pemberontak di wilayah yang kini menjadi Sudan Selatan.
Kedua jenderal itu setuju pemerintahan transisi dipimpin Perdana Menteri Abdalla Hamdok. Sayangnya, mereka melancarkan kudeta terhadap Hamdok pada September 2021. Kudeta itu diwarnai penolakan dan SAF-RSF dengan beringas memberangusnya. Kini keduanya berseteru.
Baca juga: Persaingan Dua Jenderal Kobarkan Perang Saudara di Sudan
Pada Sabtu (15/4/2023), SAF-RSF beradu tembak di berbagai tempat penting di Khartoum dan kota lain di Sudan. Pertempuran itu dikhawatirkan menjadi awal perang saudara ketiga di Sudan.
Berulang kali perang membuat Sudan tidak sempat membangun. Berstatus sebagai negara terluas ketiga di Afrika, Sudan mempunyai banyak potensi mineral dan tambang. Kementerian Mineral Sudan menyebut, negara itu mempunyai emas, batu berharga, aluminium, dan logam tanah jarang. Sayangnya, semua potensi itu tidak bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat Sudan. Jangankan memikirkan kemakmuran, bisa selamat dari pertempuran saja sudah keberuntungan besar bagi warga Sudan. (AFP/REUTERS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar