Pengajian di Masjid Sepi, Jamaah Sekarang Nyantri di Pondok Pesantren Facebookiyah, Whatsappiyah dan Youtubeiyah - ATA RAKYAT

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Minggu, 29 Januari 2023

Pengajian di Masjid Sepi, Jamaah Sekarang Nyantri di Pondok Pesantren Facebookiyah, Whatsappiyah dan Youtubeiyah

BANTUL, ATA RAKYAT Dalam keadaan hujan lebat, seorang muslim diperbolehkan menjalankan salatnya di rumah masing-masing. Apalagi jika hanya undangan pengajian, tentu diperbolehkan tidak menghadiri apabila berhalangan karena hujan lebat.

Selain karena gangguan alam seperti hujan, tidak bisa dipungkiri bahwa sepinya majelis taklim atau pengajian-pengajian yang diselenggarakan di masjid-masjid disebabkan karena beralihnya jamaah ‘nyantir’ ke media sosial maupun digital dalam menyimak materi kajian.

Dalam menyikapi persoalan-persoalan tersebut, pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah harus punya solusinya, yaitu menyiarkan pengajian-pengajian melalui saluran media sosial maupun media digital yang bisa disimak dari mana saja.

Demikian disampaikan oleh dr. Agus Taufiqurrahman, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada, Jumat (27/1) di acara Pengajian Kader yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tamantirto Selatan, Kasihan, Bantul.
 
Dokter yang dikenal piawai dalam menyampaikan materi ceramah dengan renyah ini berseloroh, bahwa sepinya majelis taklim di masjid semakin sepi peminat, karena mereka berpindah ke ‘pondok pesantren’ yang saat ini ramai diminati oleh banyak orang yaitu pondok pesantren Facebookiyah, WhatsAppiyah sampai YauTubeiyah.

“Karena memang sekarang ‘pesantren’ yang paling banyak santrinya itu adalah Facebookiyah, Pesantren WhatsAppiyah, dan Pesantren YouTubeiyah, itu pesantren yang paling banyak santrinya, di samping tentunya yang pakai IG dan TikTok.” Ujar dr. Agus.

Perubahan tersebut, imbuhnya, sulit dihindari mengingat kehidupan manusia termasuk umat muslim saat ini sedang digeser dengan adanya dunia digital. Menurutnya kenyataan tersebut menjadi sebuah keniscayaan, sehingga tidak perlu ditakuti dan disesali, melainkan justru dicarikan solusi.

Teringat pesan gurunya di masa kecil, Dokter Spesialis Saraf ini menuturkan, bahwa merawat jamaah dengan jumlah banyak maupun sedikit tetap seorang mubaligh atau da’i harus tetap optimis, dibuktikan dengan tanpa mengurangi ilmu yang akan disampaikannya.

“Kata guru kami, jangan mengurangi kualitas berapapun yang datang. Karena pahala Allah itu bukan dari berapa banyak yang mendengarkan, tetapi sejauh mana kita bersungguh-sungguh menyampaikan pesan Islam sebagaimana tugas kita bersama.’ Ungkapnya.

Pewarta : Ayahdidien 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here