Getarkan Kaca Rumah, BMKG Belum Bisa Pastikan Penyebab Dentuman Misterius di Langit Gunung Kidul - ATA RAKYAT

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sabtu, 24 Desember 2022

Getarkan Kaca Rumah, BMKG Belum Bisa Pastikan Penyebab Dentuman Misterius di Langit Gunung Kidul


GUNUNG KIDUL, ATA RAKYAT Warga di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Kamis (22/12/2022) siang digegerkan dengan dentuman keras di langit.


Dentuman itu bahkan menggetarkan kaca sebagian rumah penduduk.


Fenomena dentuman itu sempat viral di media sosial.


Adapun peristiwa itu terjadi pada pukul 10.100


Salah satu warga Gunungkidul, Endar mengaku mendengar suara dentuman keras siang.


"Tadi suaranya sangat keras. Sekitar jam 10 siang," katanya saat dihubungi Tribunjogja.com melalui sambungan telepon.


Endar mengaku saat terdengar suara dentuman keras, cuaca sedang gerimis.


Namun saat itu tidak ada tanda-tanda petir.


"Tadi memang gerimis," ucapnya.


Sementara itu analisis iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY Andreas Aryo mengungkapkan pihaknya juga sudah mendapat informasi dari masyarakat terkait suara dentuman keras yang terdengar oleh warga di wilayah Gunungkidul dan sekitarnya.


"Tadi ada beberapa yang menghubungi kami untuk menanyakan informasi itu (dentuman keras)," katanya.


Aryo mengungkapkan, suara dentuman keras biasanya dipicu oleh adanya awan cumulonimbus yang menyebabkan terjadinya petir.


Namun demikian, berdasarkan hasil dari pemantauan radar cuaca, BMKG tidak mendeteksi adanya awan cumulonimbus di wilayah Gunungkidul pada jam 10.00 WIB.


"Radar kami jam 10 tadi di wilayah sana (Gunungkidul) tidak ada aktifitas awan cumulunimbus," ucapnya.


BMKG pun menurut Aryo belum bisa memastikan sumber suara dentuman tersebut.


Sementara itu Kepala Penerangan Lanud Iswayudi Mayor Sus Yudha Pramono yang dihubungi melalui perpesanan WhatsApp mengatakan tidak ada aktifitas latihan pesawat tempur di wilayah Yogyakarta pada hari ini.


"Nihil mas( latihan pesawat tempur di wilayah Yogyakarta," katanya.


Yudha mengungkapkan, pada hari ini latihan pesawat hanya berupa training aerodrome. Itupun wilayah latihannya hanya di sekitar Ngawi, Ponorogo dan Magetan saja.


"Kita trainingnya hanya di aerodrome Lanud Iswahjudi saja. Lokal sini wilayah Ngawi, Ponorogo, Magetan," imbuhnya.


Sempat terjadi di beberapa wilayah


Beberapa waktu lalu juga heboh soal suara dentuman keras di langit di sejumlah daerah di Indonesia menimbulkan rasa penasaran dan ingin tahu warga.


Suara apakah gerangan? Darimana sumbernya? Apakah akan terjadi dampak buruk bagi warga yang dekat dengan asal sumber suara dentuman?


Dan masih banyak lagi rasa ingin tahu masyarakat terkait adanya suara dentuman yang tidak biasa dan bahkan dianggap "misterius" itu.


Belakangan, masyarakat Malang, Jawa Timur juga ramai menginformasikan munculnya suara dentuman tersebut di media sosial.


Sumber resmi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa dentuman yang terjadi di Malang, Jawa Timur disebabkan lapisan inversi di atmosfer.


"Begitu juga dengan suara dentuman yang beberapa kali terjadi di berbagai daerah, yang selama ini menjadi misteri, penyebabnya adalah keberadaan lapisan inversi di atmosfer, kecuali yang terbukti memang ada meteor," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Sabtu (6/2/2021).


Dia menjelaskan, dalam ilmu meteorologi dikenal istilah "inversi suhu", yaitu tertindihnya lapisan udara dingin oleh lapisan udara yang lebih hangat di atmosfer.


Lapisan udara ini terbentuk jika ada udara hangat naik ke atas lapisan udara yang lebih dingin, kemudian menyebar dan meluas di atmosfer.


Adapun sumber panas tersebut dapat berasal dari aktivitas industri, kebakaran, lalu lintas, pelepasan panas penyinaran matahari yang diterima, radiasi permukaan bumi dan lain-lain.


Fenomena ini, kata dia, sebenarnya tidak lazim karena dalam kondisi normal suhu udara semakin tinggi mestinya makin dingin, sehingga fenomena terbentuknya lapisan inversi hanya dapat terjadi pada waktu tertentu selama syarat terbentuknya terpenuhi.


Lapisan inversi juga dapat terbentuk bila ada anomali tekanan di atmosfer atau ada udara panas yang bergerak dari tempat lain.


Udara panas dan gas yang sedang bergerak naik ke atmosfer, katanya, akan tertahan lapisan udara hangat ini karena membentuk semacam tudung (inversion cap) yang menutupi kawasan dan menjebak gas dan panas yang naik dari bumi.


Ia memberi contoh sederhana, yakni jika berada dekat kawasan industri terkadang mencium bau yang tidak sedap yang berlangsung lama pada kondisi cuaca tertentu.


Itu karena gas atau polutan tidak dapat naik ke atmosfer dan terjebak di bawah lapisan inversi.


Lapisan inversi telah dikenal sebagai salah satu faktor yang menyebabkan bencana kabut asap di sejumlah negara.


Peristiwa kabut asap yang parah pada 1948 di Donora, Pennsylvania, (AS) dan pada 1952 di London, Inggris, diakibatkan oleh peningkatan lapisan inversi di atmosfer.


Bencana kabut asap London berlangsung selama seminggu dan menelan korban jiwa hingga 12.000 orang.


Akan tetapi gas dan partikulat polutan bukanlah satu-satunya yang disekap oleh lapisan inversi.


Beberapa orang dilaporkan mendengar suara aneh selama terbentuknya lapisan inversi di atmosfer.


Gelombang suara yang bersumber dari kereta api, mobil, petir, dan sumber suara lainnya dapat terpantul dari lapisan inversi sehingga terdengar di tempat lain.


Hal ini terjadi karena lapisan inversi berperan sebagai pemantul kurang sempurna bagi gelombang akustik, gelombang radio dan bahkan cahaya.


Lapisan inversi juga dapat membuat suara lebih keras hingga terdengar jauh.


Seperti jika membunyikan klakson mobil di garasi yang tertutup, tentu lebih keras dibanding bunyi klakson di jalan raya. Ini karena suara terjebak pada ruang sempit.


Lapisan inversi membuat suara petir tidak mampu menyebar ke atas atau menjalar ke segala arah, karena sudah terjebak dan hanya dapat menjalar ke permukaan bumi saja.


Dalam hal ini suara petir akan terdengar lebih keras dan dapat didengar hingga jauh di kawasan yang terlingkupi lapisan inversi.


Suara petir ibarat merambat melalui sebuah kanal audio mirip tropospheric duct.


Secara teori, suara adalah gelombang akustik yang sudah terbukti dapat dipantulkan lapisan inversi.


Dalam kondisi inversi suhu, gelombang suara akan dibiaskan ke bawah, dan oleh karena itu dapat terdengar pada jarak yang lebih jauh.


Inilah konsep dasar mengapa lapisan inversi dapat membuat suara petir terdengar hingga jauh karena proses multi refleksi.


Suara petir jika sudah jauh dan dalam kondisi atmosfer tertentu dapat berubah "anatominya" sehingga tidak lagi seperti suara petir asli di sumbernya, tetapi dapat mirip dentuman.


Selain memantulkan gelombang akustik biasa, lapisan inversi juga berkemampuan memantulkan gelombang mekanik dan akustik ekstrem dalam bentuk gelombang kejut.


Sehingga dapat menyebarkan suara dan efek getaran di wilayah yang lebih jauh.


Lebih lanjut, ia mengatakan, topografi memainkan peran penting dalam mengembangkan dan menahan lapisan inversi.


Udara dingin dapat terakumulasi di cekungan lembah atau dataran rendah di pantai pada kondisi cuaca tertentu.


Sehingga daerah dengan morfologi semacam ini rentan terjadinya fenomena inversi di saat musim hujan.


Salah satu dari sekian banyak daerah di Indonesia yang rentan terhadap terbentuknya lapisan inversi adalah daerah Malang.


Dengan topografi yang berbentuk cekungan yang dikelilingi pegunungan menjadikan kawasan ini rentan dilingkupi inversi suhu pada kondisi tertentu, yaitu ketika udara dingin terperangkap di lembah dan lapisan udara hangat menutupinya dari atas.


Pada saat cekungan Malang tertutupi lapisan inversi, seolah terbentuk "lorong raksasa".


Cukup dengan kejadian petir yang terjadi di dekatnya atau dari tempat lain maka dentuman akan menjalar di sepanjang lembah dan terpantul berulang-ulang mirip terbentuknya gema seperti dilaporkan sebagian warga Malang beberapa hari lalu, demikian Daryono


Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com


Sumber: Wartakota
Photo: Ilustrasi
Publish/Editor: Ayahdidien 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here